Twin Tower UIN Sunan Ampel Surabaya Dengan Maknanya
Oleh : Dinda Rohmatul Maulidah
Sains dan teknologi dari waktu ke waktu terus mengalami perkembangan dan kemajuan yang pesat, seiring dengan tingkat berpikir manusia. Dari tahapan yang paling mitis, pemikiran manusia terus berkembang hingga sampai pada yang supra-rasional. Atau kalau meminjam terminologi Peursen, dari yang mitis, ontologis, hingga fungsional. Sementara menurut Comte, dari yang teologis, metafisik, hingga positif.
Demikian pula perkembangan industri di abad ke-18 hingga revolusi digital 4.0 saat ini yang telah menimbulkan berbagai implikasi sosial dan politik telah melahirkan berbagai cabang ilmu. Penggunaan senjata nuklir sebagaimana pada abad ke-20 telah melahirkan ilmu baru yang disebut dengan polemologi dan seterusnya entah apa lagi nanti namanya.
Berpadunya aspek idealisme dan realisme atau rasionalisme dan empirisme dalam paradigma keilmuan Islam perlu dikembangkan. Pola pengajaran maintenance learning yang selama ini dipandang terlalu bersifat adaptif dan pasif harus segera ditinggalkan. Dengan begitu, lembaga pendidikan Islam setiap saat dituntut untuk selalu melakukan rekonstruksi pemikiran kependidikan dalam rangka mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi.
Dengan kebijakan pemerintah tersebut, UIN memiliki peluang untuk mencetak sarjana Muslim yang memiliki dua keunggulan, yaitu keunggulan di bidang sains dan teknologi, sekaligus keunggulan di bidang wawasan keislaman.
Lebih dari itu, yang perlu diantisipasi untuk menghindari dikotomi maka setiap tenaga pengajar harus mampu mengaitkan setiap materi kuliahnya dengan roh dan pesan-pesan Islam. Di sinilah maka lembaga pendidikan tinggi ini dituntut untuk memiliki dosen yang profesional.
Bagi Prof. Dr. Bisri Afandi, MA, dijelaskan bahwa simbol menara kembar tersebut masih menyisakan suatu permasalahan pada aras epistemologi keilmuan yang belum tuntas. Oleh karena itu, yang diperlukan apakah islamization of knowledge atau islamization of science? Di dalam hal tersebut, maka jembatan untuk menghubungkannya adalah Islamisasi akal. Jadi, sesungguhnya yang diperlukan adalah bagaimana mengislamkan akal manusia agar menjadi fondasi pengembangan perilakunya, termasuk dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Adapun makna simbol dalam bangunan twin towers di UIN Sunan Ampel Surabaya yakni bangunan tersebut memiliki dua menara yang digabungkan oleh sebuah jembatan. Masing-masing dari menara tersebut memiliki sembilan lantai yang diperumpamakan menjadi sembilan puluh sembilan asmaul husna, dua menara tersebut mengartikan ilmu agama dan ilmu pengetahuan. Sedangkan jembatan yang menjadi penghubung antara kedua menara tersebut mencerminkan keseimbangan dari kedua ilmu tersebut yang dimana hal itu sesuai dengan visi dan misi dari UIN Sunan Ampel Surabaya. Visi dan misi dari UIN Sunan Ampel Surabaya yakni menyelenggarakan pendidikan ilmu-ilmu keislaman multidisipliner serta sains dan teknologi yang unggul dan berdaya saing.
Identitas twin towers tersebut dibarengi dengan menyusun landasan epistemologis bagi penyatuan wahyu dan ilmu-ilmu umum. Cukup dengan melihat dua entitas keilmuan tersebut berjalan sesuai koridornya masing-masing, yang terpenting setelah kedua keilmuan tersebut berada dipuncak harus disambungkan dan dikomunikasikan. Oleh Prof. Dr. Nur Syam, M.Si disebut sebagai keilmuan berbasis mutidisipliner. Atas dasar memadukan keilmuan inilah, sehingga didapatkannya kerangka filosofis atas penyatuan keilmuan tersebut. Sehingga memunculkan kerangka bangunan bagi yang disebut oleh UIN Sunan Ampel Surabaya sebagai bangunan Paradigmatik filosofis Integrasi Twin Towers.
Integrated Twin Towers UIN Sunan Ampel Surabaya memiliki tiga karakteristik makna yang berbeda. Integrasi sebagai kata kerja mempunyai makna mengintegrasikan, menggabungkan, dan menyatu padukan dua entitas menjadi satu entitas. Integrasi sebagai kata benda bermakna penggabungan atau pengeintegrasian. Dan yang terakhir integrasi sebagai kata sifat bermakna suatu hal yang utuh, bulat, dan integral. Representasi Twin Towers dalam agama islam mempunyai landasan berpijak sebelum mengkaji ilmu-ilmu keislaman dan ilmu-ilmu umum, yaitu al-Quran dan al-Hadis.
Pembicaraan tentang status keilmuan Islam atau Islamic studies memang penting mengingat bahwa pasca perubahan IAIN ke UIN tentu saja tidak akan mengebiri atau meminggirkan posisi ilmu keislaman yang sekarang ada. Terdapat kekhawatiran, bahwa pasca dibukanya menjadi UIN kemudian akan menyebabkan pengembangan Islamic studies mengalami kemunduran. Itulah sebabnya, maka di dalam banyak pertemuan yang diselenggarakan tentang perubahan IAIN ke UIN selalu muncul pemikiran seperti ini. Mengenai corak ilmu keislaman, maka menurut Prof. Dr. Nur Syam, M.Si tentu tetap terdapat dua, yaitu Islamic studies murni dan Islamic studies multidisipliner. Jumlah Islamic studies yang dikembangkan hingga hari ini di IAIN Sunan Ampel Surabaya juga tidak mencapai 50 persen. Bahkan dalam kasus IAIN Sunan Ampel, maka jumlahnya hanya 30 persen. Dari sebanyak 23 prodi di IAIN Sunan Ampel hanya terdapat enam prodi Islamic studies murni dan sisanya Islamic studies multidisipliner. Artinya, bahwa meskipun namanya IAIN akan tetapi posisi studi keislaman murni juga tidak menjadi mayoritas. Jika menggunakan ukuran kenyataan ini, maka kekhawatiran untuk mengembangkan Islamic studies supaya tidak terpinggirkan menjadi kurang relevan.
Selain itu, interaksi sosial dalam bangunan twin tower dapat menjadi sebagai pembentukan hubungan interpersonal. Hal utama dari pembentukan hubungan interpersonal tersebut yakni pertama, sebagai topik pembicaraan. Twin tower menjadi topik pembicaraan umum, membuka peluang bagi mahasiswa untuk memulai percakapan dan membangun koneksi. Kedua, mempesatukan kesamaan minat. Mahasiswa yang memiliki minat pada fotografi, arsitektur, atau sejarah dapat saling mengenal melalui diskusi tentang twin tower. Ketiga, sebagai akses kegiatan bersama. Mengunjungi twin towers seperti pada acara khusus, menjadi aktivitas yang dapat dilakukan bersama untuk memperkuat hubungan antar mahasiswa. Dari pembahasan tersebut kita dapat mengetahui bahwa simbolisme twin tower UIN Sunan Ampel Surabaya memengaruhi interaksi sosial mahasiswa dalam berbagai aspek, mulai dari komunikasi verbal dan non-verbal hingga pembentukan hubungan antarpersonal. Bangunan ikonik ini menjadi sumber kebanggaan, identitas, dan koneksi bagi para mahasiswa di UIN Sunan Ampel Surabaya.
Konsep integrasi dapat menggambarkan bagaimana dua tower tersebut dapat dipersatukan. Bukan tower yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri tanpa bisa saling disapakan. Tower itu menggambarkan jenis dan macam bidang studi yang memang beda, akan tetapi bisa dipertemukan melalui jembatan pendekatan yang relevan. Kekuatan model ini terletak pada kemenyatuan pada puncaknya. Menara kembar yang kemudian dipersatukan melalui jembatan penyeberangan atau pendekatan sehingga menghasilkan keilmuan yang bercorak khas. Masing-masing menara memang merupakan bidang atau disiplin ilmu yang berbeda. Antara yang satu dengan lainnya berada di ruangnya sendiri-sendiri. Hal itu tentu disebabkan oleh masing-masing obyek kajiannya yang berbeda. Obyek ilmu alam tentu saja berbeda dengan ilmu sosial, demikian pula humaniora dan ilmu budaya.
Komentar
Posting Komentar